Gambar Ilustrasi: Perang Salib |
Oleh: Syahril Rahmadhana
( Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Ar-Raniry)
Timbulnya Perang Salib
Perang Salib adalah perang antar Agama yang dimana perang tersebut
yang hampir memakan waktu dua abad, perang salib ini terjadi di karnakan kota
suci orang Kristen di duduki oleh orang islam sejak tahun 632 M, seperti di
Suriah , Spayol, dan Sicilia, orang Sristen ini menggunakan Salib mereka
sebagai simbolik mereka bahwa Perang ini suci bagi mereka, tujuan mereka adalah
untuk membebaskan kota suci mereka yaitu (yerusalem) yang sekarang menjadi kota
penduduk orang Palestina ,
Perang
Salib ini seakan akan tidak habisnya bagi orang Kristen tersebut , hingga
sampai sekarang yang kita amati saat ini seperti kasus konflik Israel dan Palestina
, orang Israel yang ingin merebutkan
kota Yerusalem untuk menjadikan ibu kota mereka dan bertujuan juga untuk
memperluas wilayah mereka yang dulunya wilayah mereka hanya memiliki wilayah negara
yang kecil yang sekarang mereka sudah memakan hak orang Palestina,dengan adanya
dorongan dari negara Amerika Serikat.
Faktor paling krusial yang memyebkan Perang Salib ada beberapa faktor
sebagai berikut.
Pertama, Faktor agama. Pada masa itu Dinasti
Saljuk merebut Kota baitu maqdis dari tangan Dinasti Fatimiyah sekitaran tahun 1070 M ,
ketika pihak kriten ingin menunaikan ibadah mereka ke sana pihak dari Dinasti
saljuk tersebut menerapkan peranturan yang dianggap oleh pihak kristen ini
mempersulit mereka untuk mereka beribadah ke Baitul Maqdis , perlakuan
peraturan tersebut sangat berbeda sekali dari penguasa yang di duduki oleh
islam yang sebelumnya, karena di tempat yang mau mereka ikut ibadah tersebut
ada tiga tempat ibadah di kawasan itu , yang pertama ada tempat ibadah orang
muslim yaitu Masjidil Aqsa, disebelahnya ada tembok ratapan disitu tempat
ibadah orang yahudi, dan disebelah ada gereja tempat orang kristen.
Perang
Salib Zaman Now
Sekarang ini orang Kristen ini masih
menggigat PR mereka yang tertinggal dari nenek moyang mereka yang terjadi dimasa
lampau, beberapa tahun kebelakangan sudah ingin
menyelesai sedikit PR mereka, tetapih mereka tidak siap juga
menyelesaikan PR mereka hingga saat ini, berbagai cara mereka lakukan dan
berbagai strategi yang mereka ambil , yaitu khasus perebutan kota Baitul Maqdis
yaitu kota Yerusalem dari orang Palestina, dan kita juga bisa meresapi khasus
yang boming tersebut yang dapat mengoyangkan dunia, bahkan seluruh umat muslim
yang ada di seluruh dunia mulai memasang muka harimau marah,seperti yang kita lihatdi
Indonesia. Jakarta kemarin pada tanggal 17 desember 2017 ribuaan orang muslim
mengujungi Monas untuk melakukan aski unjuk rasa terhadap pembelaan penetapan
ibu kota Israel, hingga memakai pakaian yang putih disertai shalawat kepada
Nabi, menyayikan lagu Indonesia Raya dan bahkan para perempuan pun ikut memakai
pakaian yang bersimbol Bendara Palestina dan Idonesia mewaliki untuk mendukung penetapan ibu kota
Palestina (Yerusalem).
Dan bisa kita lihat di
Aceh, masyarakat Aceh sangat peduli juga terhadap penetapan ibu kota Baitul
Maqdis (Yerusalem) menjadi ibu kota Israel, bahkan masyarakat Aceh mengunjungi
kantor DPRA untuk melakukan aksi unjuk rasa atas protes Presiden Amerika
Serikat Donald Trump menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel , dan bahkan
sebagian dari anggota DPRA dan Front Pembela Islam (FPI) Aceh kecam terhadap
penetapan ibu kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan pada kaum perempuan
pun tak ikut kalah juga mereka memakai busana yang bercorak bendera Palestina
dan mengikat lafazh kalimat Lailahhailllah Muhammaddurrasulullah di kepala
mereka yang hadir sebagian dalam unjuk rasa tersebut, dan bahkan menaiki
bendera Palestina di atas gedung DPRA sambil membaca surat Al-Fatihah, dan
mereka semua sampai-sampai membakar bendera Israel dan Amerikat Serikat.
Kedua, Faktor politik. Kekalahan Byzantium
(Constantinople/Istambul) di Manzikart pada
tahun 1071 M, dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah
mendorong Kaisar Alexius I Comneus (kaisar Constantinople) untuk meminta
bantuan Paus Urbanus II, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di
daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Dilain pihak Perang Salib merupakan
puncak sejumlah konflik antara negara-negara Barat dan negara-negara Timur,
maksudnya antara umat Islam dan umat Kristen. Dengan perkembagan dan kemajuan
yang pesat menimbulkan kecemasan pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka
melancarkan serangan terhadap umat Islam. Situasi yang demikian mendorong
penguasa-penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu-persatu daerah-daerah
kekuasaan Islam, seperti Mesir, Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.
Di penghujung masa Demokrasi Terpimpin,
negara Indonesia dilanda krisis sosial politik dan ekonomi yang memprihatinkan.
Kondisi ini memberi peluang kepada PKI dan simpatisannya untuk memperluas
pengaruhnya. Adanya pemberlakuan doktrin Nasakom turut pula mempertinggi
kedudukan PKI dalam percaturan politik RI yang hanya dapat diimbangkan oleh
Angkatan Darat.
Pengaruh PKI ternyata berkembang dikalangan
seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, kaum intelektual lainnya dan bahkan
para perwira ABRI. Beberapa perwira ABRI berhasil dipengaruhi agar terus
berjuang mewujudkan Angkatan Kelima. Ide Angkatan Kelima ini berasal dari D.N.
Aidit. Ia menyatakan bahwa partainya menuntut kepada pemerintah agar kaum buruh
dan tani dipersenjatai. Tuntutan PKI ini ditampung oleh Front Nasional dan
diubah bentuknya menjadi sebuah kebulatan tekad sehingga seakan-akan tuntutan
itu datangnya dari semua kekuatan politik. Namun, pada bulan September 1965,
Angkatan Darat secara resmi menolak pembentukan Angkatan Kelima ini.
Selanjutnya pertentangan antara PKI dan
Angkatan Darat makin meningkat. PKI melempar desas-desus tentang adanya Dewan
Jenderal di tubuh Angkatan Darat berdasarkan Dokumen Gilchrist. Tuduhan
ini dibantah Angkatan darat, sebaliknya Angkatan Darat menuduh PKI akan melakukan
perebutan kekuasaan.